Powered by Blogger.
RSS

Pages

This blog talk about everything I wanna share to you

PROYEKSI SEKTOR PROPERTI PADA TAHUN 2014 - 2015

TUGAS TEORI EKONOMI 1
ANALISIS PROYEKSI SEKTOR PROPERTI PADA TAHUN 2014 - 2015

DISUSUN OLEH :
1.       AMALIA NURUL HIDAYAH (20212684)
2.       ANDA PUTRA (20212734)
3.       ICHA TIFANY (23212537)
4.       ISMI ALAWIYAH (23212843)
5.       PUTRI NADILLA HUMAIROH (25212777)
SM AK 06-03


UNIVERSITAS GUNADARMA
FAKULTAS EKONOMI

2013




A.    PERKEMBANGAN INDUSRTI SEKTOR PROPERTI

Krisis tahun 1998 sangat mempengaruhi perekonomian Indonesia. Salah satunya adalah sector property. Sejak tahun 2003, pertumbuhan bisnis properti nasional tidak bisa dibendung lagi. Puncaknya terjadi tahun 2005, dengan nilai kapitalisasi bisnis properti Rp 91,01 triliun. Atau meningkat hampir sepuluh kali lipat dibandingkan dengan nilai kapitalisasi tahun 2000 yang ”hanya” Rp 9,51 triliun.



Pada kurun waktu 2005 – 2009 pertumbuhan sector property tidak seimbang antara pengembangan properti kelas menengah dan atas pada tahun 2005 harus direm hingga tercapai keseimbangan antara properti kelas atas dan kelas menengah ke bawah.

Faktanya hanya dalam kurun waktu dua tahun (2007-2009), tidak kurang dari 33.000 unit rumah susun sederhana milik (rusunami) diluncurkan. Jika harga rusunami itu rata-rata Rp 175 juta per unit nilai kapitalisasi dari proyek rusunami saja mencapai Rp 5,7 triliun.

Yang lebih fantastis, para pengembang juga terus merancang berbagai megaproyek properti lewat superblok. Meski laju inflasi tahun 2008 cukup tinggi, yakni mencapai sekitar 12 persen, akibat kenaikan harga komoditas pangan internasional dan penyesuaian harga BBM di pasar domestik, pemerintah, Bank Indonesia, dan kalangan perbankan pada umumnya merasa sangat yakin bahwa laju inflasi akan kembali mereda pada tahun 2009.

Hal itulah yang membuat para pengembang sama sekali tak merasa ragu untuk terus meluncurkan proyek-proyek propertinya. Dengan demikian, bisnis properti yang terus bergairah sejak tahun 2002 akan menemukan momentum untuk mencapai booming pada tahun 2010-2011. Fenomena seperti itu benar- benar merupakan sebuah anomali dalam sejarah bisnis properti Indonesia, bahkan dunia. Sebab, di mana pun juga tidak ada sebuah sektor ekonomi yang mampu terus-menerus selama satu dekade. Selalu ada proses alamiah yang membuat suatu usaha berkembang lalu jeda sesaat atau melemah untuk kemudian tumbuh lagi.

Salah satu faktor yang membuat para pengembang semakin bersemangat membangun proyek-proyek propertinya adalah keyakinan bahwa pemerintah baru pada tahun 2009 akan membuat kebijakan terobosan. Salah satunya adalah membuka akses yang lebih luas bagi investor asing untuk masuk ke bisnis property nasional.


Tak heran jika para pengembang terus meluncurkan proyek-proyek properti terpadu yang sangat prestisius, seperti StMoritz dengan nilai investasi Rp 11 triliun, Kemang Village (Rp 12 triliun), Ciputra Mall (Rp 14 triliun), Kuningan City (Rp 6 triliun), Kota Casablanca (Rp 7 triliun), Gandaria City (Rp 6,5 triliun) dan Tangerang City (Rp 4,4 triliun). Semua proyek properti itu seakan-akan merupakan antisipasi para pengembang menyambut hadirnya investor asing ke bisnis properti nasional pada kurun waktu 2009 dan seterusnya.

Selain itu lemahnya infrastruktur Jakarta menyebabkan kemacetan tak dapat terhindari. Dengan demikian, terbentuklah kelompok masyarakat yang lebih mementingkan kedekatan dengan tempat bekerja yang umumnya berada di pusat kota. Mereka bersedia untuk tinggal di dalam kota hal ini mendorong pertumbuhan permintaan apartemen. Akibatnya apartemen pun menjamur di Jakarta.


DATA STATISTIKA UNTUK ACUAN ANALISIS PROYEKSI SEKTOR PROPERTI TAHUN 2014 - 2015







PENGARUH
Berdasarkan kurva diatas BI Rate (ie) pada tahun 2012 bernilai 5,77 % dan naik menjadi 11% pada tahun 2013. Oleh karena itu permintaan uang turun  (Permisalan M1 Awal : 8 juta, M1 Akhir : 4 juta) dari 8 juta lembar menjadi 4 juta lembar uang rupiah. Hal ini menyebabkan efek pada sektor rill :

.      Putaran 1


Bunga pinjaman yang naik menyebabkan modal usaha berkurang. Kemampun berproduksi menurun sehingga menyebabkan kelangkaan. Oleh karena itu harga barang naik dan kemampuan konsumen untuk membeli akan turun. Dengan kata lain kurva permintaan (demand) bergeser ke kiri bawah atau turun.

     Putaran 2


Akibat permintaan barang menurun, laba yang didapat perusahaan kecil. Oleh sebab itu, produsen melakukan alternativ (baik penurunan kualitas, maupun penurunan jumlah barang/ kemasan) sebagai pilihan untuk mengurangi biaya produksi sehingga harga barang menurun. Harga yang berkurang tersebut menyebabkan daya beli konsumen meningkat kembali. Kenaikan permintaan menyebabkan produsen berkesempatan memproduksi dan menjual barang lebih banyak. Di samping itu, produsen lain yang melihat peluang ini akan ikut memproduksi barang. Hal-hal tersebut akan menyebabkan harga barang kembali naik. Dengan kata lain, kurva penawaran (supply) dan terus bergeser ke kiri atas atau naik.

B.    PREDIKSI SEKTOR PROPERTI TAHUN 2014 -2015

Seiring berkembangnya sektor properti yang pertumbuhannya mencapai 13 persen tahun ini, membuat sektor properti menjadi salah satu sektor yang  berpengaruh pada pertumbuhan ekonomi di Indonesia.  Karenamenurut Menteri Perindustrian MS Hidayat, sektor properti ini ditopang lebih dari 150 produk industri.
"Terdapat sekitar 175 produk industri yang terkait dengan sektor properti, seperti industri baja, aluminium, semen, keramik, batu bata, genteng, baja, kaca, kayu, cat, furnitur, alumunium, peralatan rumah tangga, alat kelistrikan, tekstil, AC, elektronik, konsumsi dan masih banyak lagi,” katanya di Jakarta, Selasa (26/11/2013).
Menurutnya, sektor properti saat ini memiliki efek ganda atau multiplier effect yang besar. Sehingga dapat mendukung tumbuhnya industri pendukung lainnya.
Namun perkembangan sektor properti yang begitu cepat sebenarnya dapat memicu terjadinya krisis. "Di suatu negara krisis itu yang menyebabkan adalah sektor properti, kenaikan harga cepat, dan pertumbuhan cepat," ujar Asisten Gubernur BI, Mulia Siregar di Hotel Gran Mulia, Jakarta, Selasa (26/11/2013).
Untuk menanggapinya Bank Indonesia menerapkan peraturan baru yaituloan to value/LTV dan larangan inden yang tidak hanya menekan permintaan, tetapi juga membatasi penawaran. Sehingga dapat di prediksi tingkat property akan melambat. Peraturan itu juga melarang bank meyalurkan KPR untuk rumah yang dibeli secara inden.
Hal ini pun diakui oleh Meski kami optimistis target marketing sales tahun ini dapat dicapai, kami menurunkan proyeksi marketing sales untuk tahun 2014 dan 2015 untuk memfaktorkan resiko perlambatan akibat peraturan BI itu," seperti dikutip dalam ulasan PT Samuel Sekuritas.
Kenaikan kinerja properti dalam tiga tahun terakhir ini ditopang dari kebijakan suku bunga acuan rendah, inflasi stabil, dan pertumbuhan ekonomi yang tinggi. Namun, perubahan sejak pertengahan 2013 membuat pertumbuhan properti melambat.
Berdasarkan fakta – fakta di atas, menurut kelompok kami, prediksi pada tahun 2014 – 2015 pada sektor property adalah :
a.      Pengaruh Pasar Sektor Riil

Putaran 1

Dengan anya kebijakan loan to value/LTV dan larangan inden diperkirakan pada tahun 2014 – 2015 sektor property akan mengalami penurunan perkembangan. Selain itu kemungkinan dalam rangka menguatkan kebijakan itu Bank Indonesia akan meningkatkan BI rate dengan tujuan yang sama yaitu, menekan pertumbuhan sector property. Selanjutnya proses yang terjadi akan sama seperti  yang terjadi pada tahun 2012 – 2013.
Bunga pinjaman yang naik menyebabkan modal usaha berkurang. Kemampun berproduksi menurun sehingga menyebabkan kelangkaan. Oleh karena itu harga barang naik dan kemampuan konsumen untuk membeli akan turun. Dengan kata lain kurva permintaan (demand) bergeser ke kiri bawah atau turun.

Putaran 2

Akibat permintaan barang menurun, laba yang didapat perusahaan kecil. Oleh sebab itu, produsen melakukan alternativ (baik penurunan kualitas, maupun penurunan jumlah barang/ kemasan) sebagai pilihan untuk mengurangi biaya produksi sehingga harga barang menurun. Harga yang berkurang tersebut menyebabkan daya beli konsumen meningkat kembali. Kenaikan permintaan menyebabkan produsen berkesempatan memproduksi dan menjual barang lebih banyak. Di samping itu, produsen lain yang melihat peluang ini akan ikut memproduksi barang. Hal-hal tersebut akan menyebabkan harga barang kembali naik. Dengan kata lain, kurva penawaran (supply) dan terus bergeser ke kiri atas atau naik.

b.      Pengaruh Pasar Tenaga Kerja
Kenaikan suku bunga bank dan kebijakan BI yang menekan jumlah uang yang beredar yang digunakan untuk berinvestasi pada sector property berkurang. Hal ini membuat pengusaha harus membatasi jumlah pembangunan sehingga upah para buruh atau tenaga kerja berkurang. Oleh sebab itu daya beli buruh akan semakin menurun sehingga mendorong mereka keluar dari pasar sector rill. 

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

APA PENGARUH PENGHAPUSAN SUBSIDI TERHADAP KEGIATAN EKONOMI?

TUGAS TEORI EKONOMI 1
Analisis teori komparatif di Indonesia

DISUSUN OLEH :
1.       AMALIA NURUL HIDAYAH (20212684)
2.       ANDA PUTRA (20212734)
3.       ICHA TIFANNY (23212537)
4.       ISMI ALAWIYAH (23212843)
5.       PUTRI NADILLA HUMAIROH (25212777)
SM AK 06-03


UNIVERSITAS GUNADARMA
FAKULTAS EKONOMI
2013



Analisis teori komparatif di Indonesia

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

ANALISIS JURNAL 2



TUGAS TEORI EKONOMI 1
ANALISIS JURNAL YANG BERTEMA PDB&PNB , NI, EFEECT TAXER TERHADAP INCOME PER KAPITA, EFFECT SUBSIDI TERHADAP INCOME PER KAPITA, KEUNTUNGAN & KELEMAHAN GNP, CONCEPT STOCK& FLOW, EKONOMI 4 SEKTOR

DISUSUN OLEH :
1.       AMALIA NURUL HIDAYAH (20212684)
2.       ANDA PUTRA (20212734)
3.       ICHA TIFANNY (23212537)
4.       ISMI ALAWIYAH (23212843)
5.       PUTRI NADILLA HUMAIROH (25212777)
SM AK 06-03


UNIVERSITAS GUNADARMA
FAKULTAS EKONOMI
2013


 PDB&PNB


Tema : Hubungan ketidakstabilan Makro Ekonomi dengan Pertumbuhan Ekonomi
Judul : Pengaruh Ketidakstabilan Makro Ekonomi pada Pertumbuhan Ekonomi di Iran
Analisis :                     
Penelitian ini menelaah tentang pengaruh ketidakstabilan makro ekonomi terhadap pertumbuhan  ekonomi di Iran.
Dalam jurnal ini, penelitian dilakukan menggunakan metodologi sumber data dan ketentuan model. Sumber data ketentuan model. Data yang digunakan dalam penelitian ini diambil dari rekening data serangkaian Bank Sentral dan Yearbook statistic dari Pusat Statistik Iran (SCI) tahun 1974 – 2008. Ketetntuan model yang dipilih untuk penelitian ini adalah model regresi diesktrak menurut Mankiw (1992), Romer (1992), Ksatria (1993), dan Hadjimichael (1994), dan dari satu produksi tertentu guna mengetahui hubungan ketidakstabilan ekonomi makro dan pertumbuhan ekonomi. 
Kestabilan ekonomi menjadi dasar hukum dari pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan karena hal tersebut akan menambah tabungan dan investasi khusus. Di samping itu, kestabilan ekonomi juga akan meningkatkan kegiatan ekspor dan keseimbangan pembayaran dengan peningkatan daya saing.
Dalam kerangka kolektif, metode dan perbaikan Pertumbuhan ekonomi yang buruk akan berakibat pada makroekonomi. (Hausman & Gavin,1996)
kesalahan model vector menunjukkan bahwa pertumbuhan ekonomi di Iran mempunyai hibingan jangka panjang dengan ketidakstabilan ekonomi makro. Dengan kata lain, perubahan indicator ketidakstabilan ekonomi makro akan dikaitkan dengan kenaikan (penurunan) pertumbuhan ekonomi jangka panjang.
Tidak hanya itu, hasil yang diperoleh menunjukkan tingkat pertumbuhan efektif terhadap pertumbuhan ekonomi jangka panjang tidak diperngaruhi konsekuensi tersebut, walaupun populasi tingkat pertumbuhan efektif terhadap pertumbuhan ekonomi panjang. Bahkan, variabel ini lebih lemah daripada variabel eksogen lainnya dalam jangka pendek.
Penelitian ini mempelajari efek ketidakstabilan ekonomi makro pada ekonomi pertumbuhan di Iran. Data yang digunakan berasal dari rekening diterbitkan oleh Pusat Bank of Iran (CBI) dan Yearbook Statistik dari Pusat Statistik Iran (SCI) dalam periode 1974 – 2008. Menurut metode Johansen – Juselius,  pertumbuhan eknomi memiliki hubungan jangka panjang dengan ketidakstabilan ekonomi makro. Perubahan.
Di sisi lain, rasio investasi sektor publik dan swasta terhadap PDB dan modal manusia
Indeks pembangunan memiliki efek positif pada pertumbuhan ekonomi. Perkiraan Penelitian di bidang Ekonomi Terapan ISSN 1948-5433 2012, Vol. 4, No 3. Koefisien penyesuaian menunjukkan bahwa laju pertumbuhan ekonomi disesuaikan dengan ketidakseimbangan menggunakan koefisien 5 %.
Menurut hasil yang diperoleh dan efek penghambatan yang luar biasa dari ketidakstabilan ekonomi makro pada tingkat pertumbuhan riil, tampaknya pemerintah harus mempertimbangkan ketidakstabilan ekonomi makro serta menggunakan  kebijakan terarah dan terkendali untuk mengurangi ketidakstabilan ekonomi makro karena penurunan yang luar biasa dari dia pertumbuhan ekonomi adalah hasil buruk dari ketidakstabilan ekonomi makro dalam jangka panjang. Untuk mencapai pertumbuhan ekonomi yang  berkelanjutan, dibutuhkan pengaturan dan penjagaan lingkungan dengan stabilitas makroekonomi. Selain itu, pertumbuhan berkelanjutan memerlukan kebijakan yang tidak menyebabkan percepatan dan meningkatkan inflasi, defisit anggaran yang kronis, pasokan keuangan tak terkendali defisit transaksi berjalan dan perubahan nyata dari nilai tukar. Buruknya pengelolaan ekonomi makro dengan penerapan yang salah dan tidak logis kebijakan fiskal dan moneter dan reaksi pasif terhadap guncangan akan mengintensifkan ketidakstabilan ekonomi makro. Jalan reaksi terhadap guncangan sangat penting.
Disiplin keuangan dalam anggaran adalah langkah yang paling penting dalam rangka mengatur dan menjaga stabilitas makroekonomi. Masalah ini memerlukan merevisi dalam peraturan anggaran publik berdasarkan pada pendapatan minyak dan gas .
Karena guncangan mengacaukan lingkungan ekonomi makro terus, disarankan
bahwa pemerintah harus selalu mempertimbangkan: mengurangi biaya pemerintah, meningkatkan efisiensi, menolak terhadap permintaan meningkat dari organisasi pemerintah, meningkatkan sistem pajak, menstabilkan kebijakan moneter, dan manajemen yang efisien kredit fasilitas.
Kesimpulan :
Penelitian ini mempelajari efek ketidakstabilan ekonomi makro pada pertumbuhan ekonomi di Iran. Pertumbuhan ekonomi yang buruk akan berakibat pada makroekonomi. Kestabilan ekonomi menjadi dasar hukum dari pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan karena hal tersebut akan menambah tabungan dan investasi khusus. Di samping itu, kestabilan ekonomi juga akan meningkatkan kegiatan ekspor dan keseimbangan pembayaran dengan peningkatan daya saing. Untuk mencapai pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan, dibutuhkan pengaturan dan penjagaan lingkungan dengan stabilitas makroekonomi. Oleh karena itu, pertumbuhan berkelanjutan memerlukan kebijakan yang tidak menyebabkan percepatan dan meningkatkan inflasi, defisit anggaran yang kronis, pasokan keuangan tak terkendali, defisit transaksi berjalan, dan perubahan nyata dari nilai tukar.

Dalam kasus Iran, disiplin keuangan anggaran adalah langkah yang paling penting guna mengatur dan menjaga stabilitas ekonomi makro. Masalah dari Iran ini memerlukan revisi dalam peraturan anggaran publik terkait dengan pendapatan minyak dan gas. Sebab guncangan ekonomi mengganggu kestabilan lingkungan ekonomi makro secara terus – menerus, disarankan pemerintah Iran harus selalu mempertimbangkan beberapa hal. Hal yang harus dipertimbangkan adalah mengurangi biaya pemerintah, meningkatkan efisiensi, menolak terhadap permintaan meningkat dari organisasi pemerintah, meningkatkan sistem pajak, menstabilkan kebijakan moneter, dan manajemen yang efisien kredit fasilitas.
1.    
JUDUL JURNAL : The Ability of Explaining and Predicting of Economic Value Added (EVA) versus Net Income (NI), Residual Income (RI) & Free Cash Flow (FCF) in Tehran Stock Exchange (TSE)

ANALISIS :
Penelitian saat ini meneliti ukuran kinerja utama ( Laba bersih ( NI ) , sisa pendapatan ( RI ) , nilai tambah ekonomis ( EVA ) & free cash flow ( FCF ) ) manajemen perusahaan dan untuk mengetahui apakah EVA bekerja lebih baik daripada ukuran kinerja lainnya di hal mengevaluasi kinerja perusahaan . Kemudian kita memeriksa prediktabilitas Economic Value Added untuk kinerja masa depan . Untuk melakukan hal ini , kami mempekerjakan baik isi informasi yang relevan dan isi informasi tambahan dari langkah-langkah . Hasil penelitian kami menunjukkan bahwa umumnya EVA adalah ukuran terbaik untuk mengevaluasi kinerja manajemen perusahaan dan di antara langkah-langkah lain . Selain itu, kami menemukan bahwa EVA memiliki prediktabilitas rendah untuk kinerja dan FCF memiliki prediktabilitas sedikit lebih unggul dibandingkan dengan tindakan lain .
Memilih ukuran kinerja terbaik untuk mengevaluasi perusahaan dan manajemen selalu dianggap sebagai isu penting . Akibat keterbatasan waktu dan spesialisasi kegiatan , peran manajemen dan pentingnya telah muncul di perusahaan abad lalu dibentuk . Terlepas dari semua keuntungan , tantangan utama telah muncul menyusul munculnya manajer yang menunjukkan aspek teori keagenan , yang dikenal sebagai pemisahan kepentingan antara manajer dan kepemilikan . Pemilik usaha menyewa manajer untuk mengelola kegiatan perusahaan dan sebagai hasilnya ini mengarah ke hubungan badan . Jelaslah bahwa tujuan dari manajer dan pemilik usaha hampir tidak pernah kompatibel karena manajer mencari manfaat ekonomi yang luas (seperti kompensasi , prestise , dll ) , sementara pemilik tertarik untuk memaksimalkan investasi mereka kembali dan harga saham . Jensen ( 1986) mengusulkan bahwa manajer cenderung menghambur-hamburkan free cash flow dalam perusahaan , kapan tujuan pemegang saham dan manajer berbeda . Karena bunga ini asimetri antara pemilik dan manajer , peneliti telah mencari ukuran kinerja terbaik untuk mengevaluasi kemampuan manajer untuk menyimpulkan tugas mereka. Oleh karena itu , kertas saat akan menyajikan ukuran kinerja yang paling optimal manajemen perusahaan dan . Saat ini, banyak ukuran kinerja disajikan bahwa tiga yang paling penting adalah laba bersih , arus kas dan pendapatan ekonomi .
Laba bersih ( NI ) telah dianggap sebagai ukuran kinerja sejak bertahun-tahun . Skenario ini berlanjut sampai penelitian ekstensif akhirnya menunjukkan bahwa laba akuntansi konsep memuaskan untuk kinerja dan profitabilitas pengukuran . Alasan untuk klaim ini adalah bahwa laba akuntansi tidak mempertimbangkan opportunity cost dari modal yang digunakan ( Dearden tahun 1972 dan Anthony 1973). Mereka percaya bahwa sisa pendapatan ( RI ) merupakan ukuran yang lebih baik untuk evaluasi perusahaan dan manajer dibandingkan dengan laba akuntansi .
Sebagai ukuran kinerja lain , Economic value added ( EVA ) merupakan salah satu teknik terbaru yang digunakan untuk mengevaluasi kinerja . Bukti pertama tentang nilai tambah ekonomis dan nilai pasar tambah didokumentasikan oleh Stewart ( 1991) . Stewart disurvei 613 perusahaan Amerika dan menemukan bahwa EVA sekitar menjelaskan 97 % dari nilai pasar tambah perubahan . Selain itu, ia membenarkan bahwa EVA adalah ukuran kinerja yang lebih optimal dibandingkan tindakan lainnya .

Titik utama disimpulkan dari EVA adalah bahwa perusahaan menghasilkan EVA positif setiap kali tingkat pengembalian investasi mengatasi Biaya tingkat Capital . Dalam penelitian lain , Stewart (1993 ) meneliti akuntansi dan ekonomi
langkah-langkah untuk mengetahui mana yang bekerja lebih efektif . Hasil penelitian menunjukkan bahwa EVA memiliki keunggulan untuk menjelaskan return saham dibandingkan tindakan akuntansi lain seperti return on equity ( ROE ) , earning per share ( EPS ) dan uang tunai perubahan . Akibatnya hasil ini menyebabkan penggunaan EVA bukan tindakan lainnya di banyak perusahaan . EVA sebagai sistem pengendalian manajemen menggunakan untuk menghitung kinerja perusahaan ( Desai et al . , 2006) dan juga membantu manajemen untuk meningkatkan kinerja perusahaan dengan memperhatikan biaya modal dan hasil investasi .
Free cash flow ( FCF ) sebagai ukuran kinerja lain menunjukkan bahwa arus kas perusahaan setelah mempertahankan pemeliharaan modal dan aset berkembang. Mulford dan Comiskey ( 2005 ) percaya bahwa " istilah 'gratis' mengacu pada adanya klaim superior, itu adalah arus kas yang tersedia untuk digunakan tanpa pamrih . Pengeluaran itu tidak akan mempengaruhi kemampuan perusahaan untuk menghasilkan lebih banyak . "

Dari sudut pandang keputusan keputusan, arus kas memainkan peran penting untuk posisi mengevaluasi perusahaan dibandingkan dengan laporan laba rugi yang merupakan salah satu pernyataan paling berisik yang dapat menyesatkan investor . Sebagai contoh, perusahaan dapat menunjukkan laba bersih yang tinggi dalam laporan keuangannya , sementara itu tidak mampu membayar kembali kewajibannya . Fabozzi dan Peterson ( 2003 ) percaya bahwa " Dari sudut pandang pemegang saham , arus kas bebas mungkin merupakan tindakan yang tepat karena ini merupakan arus kas yang diinvestasikan kembali dalam perusahaan .
Akibatnya , kertas saat akan memeriksa ukuran kinerja utama ( Laba bersih ( NI ) , sisa pendapatan ( RI ) , nilai tambah ekonomis ( EVA ) & free cash flow ( FCF ) ) manajemen perusahaan dan . Pertama, kita akan memeriksa apakah EVA bekerja lebih baik daripada ukuran kinerja lainnya dalam hal mengevaluasi kinerja perusahaan . Kemudian kita akan menentukan ukuran memiliki kekuatan prediktabilitas lebih banyak untuk mengetahui apakah EVA memiliki kekuatan prediktabilitas tertinggi di antara variabel lain . Untuk pupose ini , kami mempekerjakan konten informasi yang relevan tindakan ' serta konten informasi tambahan . Hasil penelitian kami menunjukkan bahwa umumnya EVA adalah ukuran terbaik untuk mengevaluasi kinerja manajemen perusahaan dan antara lain. Selain itu, kami menemukan bahwa EVA memiliki daya kinerja rendah dan prediktabilitas FCF memiliki kekuatan prediktabilitas sedikit lebih unggul dibandingkan dengan tindakan lain . Rincian akan disajikan dalam bagian berikutnya.
Sampel yang digunakan untuk penelitian ini meliputi 80 perusahaan Iran yang tercantum di Teheran bursa ( TSE ) selama tahun 2005 sampai 2009. Untuk evaluasi yang lebih baik , perusahaan dengan periode waktu yang sama telah dipilih . Selain itu, perusahaan-perusahaan tanpa transaksi dalam periode lebih dari dua bulan telah dikeluarkan . Selanjutnya , bank dan perusahaan keuangan dihilangkan .
Variabel Dependent
Variabel terikat dalam penelitian ini adalah return saham tahunan . Variabel secara langsung diperoleh dari Teheran bursa ( TSE ) .

Dalam tulisan ini , kita menggunakan metode regresi pooled untuk menguji hipotesis . Baltagi (2008 ) berpendapat bahwa pooling data memiliki beberapa keuntungan seperti memberikan sumber kaya variasi yang memungkinkan untuk estimasi yang lebih efisien dari parameter . Dengan data yang informatif tambahan , seseorang bisa mendapatkan perkiraan yang lebih handal dan menguji lebih canggih model perilaku dengan asumsi lebih longgar . Juga , keuntungan lain adalah kemampuan mereka untuk mengontrol heterogenitas individu. Ada berbagai metode penyatuan data panel termasuk dampak tetap dan model efek acak . Efek tetap digunakan ketika kita ingin mempertimbangkan semua koefisien regresi membatasi harus sama di semua penampang dan efek acak digunakan ketika kita berpikir bahwa efek teramati adalah berkorelasi dengan variabel penjelas . Kami menggunakan F -test dan Hausman -test untuk mengidentifikasi metode mana yang harus dipertimbangkan untuk model penelitian ini . Menurut hasil , tetap efek gabungan model yang lebih tepat untuk model kami .

Untuk menentukan ukuran memiliki kandungan informasi relatif terbesar, kami mempekerjakan satu regresi variabel untuk setiap ukuran . Kemudian , kita amati adjusted R2 dari semua model regresi . Apapun yang memiliki adjusted R2 lebih besar , memiliki kandungan informasi relatif lebih besar juga. Banyak peneliti menggunakan pendekatan ini dalam makalah mereka , misalnya ( Biddle et al . Tahun 1997 dan Holiana et al . 2011) .
Pendekatan kami untuk menyelidiki kandungan informasi tambahan adalah bahwa kita variabel pasangan pertama bersama dalam regresi berganda , dan kemudian kita memotong adjusted R2 dari regresi dari adjusted R2 terkait satu regresi variabel , perbedaan menunjukkan isi informasi tambahan . Worthington dan Barat ( 2004) menerapkan pendekatan ini dalam penelitian mereka .
Ada banyak penelitian yang menguji hubungan antara EVA dan return saham yang menunjukkan keunggulan EVA untuk mengevaluasi kinerja perusahaan antara langkah-langkah lain , misalnya ( Uyemura et al . 1996 , Lehn dan Makhija ( 1996) ) . Beberapa kertas juga melaporkan bahwa EVA memiliki daya perkiraan yang tinggi antara lain , misalnya ( Machuga et al . ( 2002) dan Movassagh et al . ( 2011) ) . Penelitian saat ini meneliti ukuran kinerja utama ( Laba bersih ( NI ) , sisa pendapatan ( RI ) , nilai tambah ekonomis ( EVA ) & free cash flow ( FCF ) ) manajemen perusahaan dan untuk mengetahui apakah EVA memiliki daya tinggi menjelaskan antara ukuran lain atau tidak . Untuk pupose ini , kami menerapkan konten informasi yang relevan tindakan ' serta konten informasi tambahan . Metode regresi Pemusatan digunakan untuk menguji hipotesis . Selain itu , penyelidikan kami didasarkan pada variabel utama ( EVA , NI , RI dan FCF ) dan perubahan mereka ( EVA , NI , RI dan FCF ) . Hasil kami mendukung klaim yang dibuat oleh Stewart ( 1993) bahwa EVA adalah ukuran yang lebih baik untuk menjelaskan return saham antara ukuran kinerja berbasis akuntansi lainnya . Selanjutnya , dengan membandingkan kinerja yang berbeda mengukur penelitian ini menyimpulkan bahwa EVA memiliki kedua terbesar kandungan informasi relatif dan terbesar kandungan informasi tambahan dengan return saham saat ini . Worthington dan Barat (2004 ) mencapai kesimpulan yang sama .

Penelitian ini juga menguji prediktabilitas EVA antara langkah-langkah lain dan hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa baik maupun EVA EVA memiliki kandungan informasi relatif terbesar atau terbesar kandungan informasi tambahan dengan return saham di masa depan . Hanya FCF dan FCF sedikit mengambil keuntungan dari mereka .

EFFECT TAXER TERHADAP INCOME PERKAPITA


Judul : Governmental Expense, Tax Revenue and Total Tax Rate Effects on GDP in Global Economic   Crisis:An Econometric Cross Sectional Approach

ANALISIS :

Krisis ekonomi global dimulai pada tahun 2008 mempengaruhi hampir semua negara di dunia dan hampir semua sektor kegiatan . Sejumlah studi telah berusaha untuk menjelaskan munculnya dan pengembangan fenomena ini tak terduga . Studi kami meneliti efek amplifikasi / pengurangan krisis mempertimbangkan tingkat pengeluaran pemerintah, pajak dan tarif pajak keseluruhan . Sampel meliputi 114 negara dari semua benua . Hasil menunjukkan efek signifikan dari variabel penjelas , baik di tolak krisis dan di tahun-tahun berikutnya. Padahal, nilai-nilai R2 relatif rendah , yang menegaskan sekali lagi bahwa fenomena ini sangat kompleks dan harus diperlakukan seluruh .

Bahkan jika asal krisis adalah di sektor real estat AS , efek telah menyebar dengan cepat dalam sistem keuangan global , menyebabkan gangguan ekonomi yang cukup - Ciumas , Dragos dan Vaidean ( 2009) . Dalam literatur ekonomi ada berbagai studi empiris pada hubungan antara pertumbuhan dan pengeluaran pemerintah . Barro ( 1990) menyatakan bahwa kenaikan belanja pemerintah untuk infrastruktur menentukan tingkat pertumbuhan jangka panjang yang lebih tinggi . Setelah titik balik tingkat pertumbuhan mulai jatuh - kurva Barro berbentuk punuk . Teori pertumbuhan endogen menunjukkan bahwa pengeluaran pemerintah serta variabel lain seperti R & D investasi , investasi modal manusia dan lembaga , memainkan peran penting dalam meningkatkan potensi ekonomi ekonomi - Barro dan Sara - i- Martin ( 2004) , Acemoglu ( 2009) , Aghion dan Howitt ( 2009) . Bucci ( 2012) telah meningkatkan teori pertumbuhan belanja publik dari Barro ( 1990) dan Barro dan Sala - i- Martin (1992 ) dengan menghapus asumsi populasi konstan dan menggunakan proses logistik untuk rasio pengeluaran pemerintah terhadap pendapatan agregat .

Butkiewicz dan Yanikkaya ( 2011) berpendapat bahwa untuk merangsang pertumbuhan , pasar negara berkembang harus membatasi pengeluaran konsumsi pemerintah mereka karena pengeluaran konsumsi pemerintah memiliki efek pertumbuhan negatif di negara berkembang dengan pemerintah tidak efektif . Sebelumnya, Grier dan Tullok ( 1989) dan Barro ( 1991) juga menemukan dampak negatif yang signifikan dari pengeluaran konsumsi pemerintah terhadap pertumbuhan . Fidrmuc ( 2003) menemukan bahwa


Berdasarkan studi sebelumnya dan pada pengamatan empiris pribadi selama penampilan Krisis Keuangan Global , kami telah membangun hipotesis kerja berikut :

H1 . Ada korelasi negatif antara tingkat pertumbuhan PDB dan beban pemerintah .

Kami menguji hipotesis H1 baik di tahun runtuhnya ekonomi dunia ( 2009) dan tahun-tahun berikutnya , 2010 dan 2011 , di mana beberapa negara terus mereka jatuh tetapi yang lain sudah mulai pulih.

H2 . Ada korelasi negatif antara tingkat pertumbuhan PDB dan pendapatan pajak .
Adapun hipotesis H1 , kami menguji hipotesis H2 di masing-masing tahun 2009, 2010 dan 2011 .


H3 . Tingkat pertumbuhan PDB berkorelasi dengan tarif pajak keseluruhan . Kami menguji hipotesis H3 di masing-masing tahun 2009, 2010 dan 2011 .


Untuk tujuan penelitian kami telah mempekerjakan regresi OLS untuk penampang negara . Data ini terdiri dari nilai-nilai yang dipublikasikan oleh Bank Dunia ( 2012) melalui Biro Statistik nya , dalam Indikator bagian , topik Kebijakan Ekonomi dan Utang Luar Negeri , dan Sektor Publik . Angka-angka yang dikumpulkan 2007-2011 . Variabel disajikan di bawah ini sesuai dengan definisi Bank Dunia ( 2012) :

variabel endogen

GDP_GROWTH

Pertumbuhan GDP (tingkat % tahunan ) . " Tingkat persentase pertumbuhan tahunan PDB atas dasar harga pasar berdasarkan mata uang lokal konstan. Agregat didasarkan pada konstan 2000 dolar AS . PDB adalah jumlah nilai tambah bruto oleh semua produsen penduduk dalam perekonomian ditambah pajak produk dan dikurangi subsidi yang tidak termasuk dalam nilai produk . Hal ini dihitung tanpa membuat pemotongan untuk depresiasi aset fabrikasi atau deplesi dan degradasi sumber daya alam " ( Bank Dunia , 2012) . Kami menggunakan dalam penelitian kami variabel untuk tahun 2009, 2010 dan 2011 .

variabel eksogen

GOV_EXPENSE

Beban ( % dari PDB ) . " Beban adalah pembayaran kas untuk kegiatan operasional pemerintah dalam menyediakan barang dan jasa . Ini mencakup kompensasi karyawan ( seperti upah dan gaji ) , bunga dan subsidi , hibah , manfaat sosial , dan biaya lainnya seperti sewa dan dividen " ( Bank Dunia , 2012) . Dalam aplikasi ini kita menggunakan nilai rata-rata untuk periode 2006-2008 .

TAX_REVENUE

Penerimaan pajak ( % dari PDB ) . " Penerimaan pajak mengacu pada transfer wajib kepada pemerintah pusat untuk kepentingan publik . Transfer wajib tertentu seperti denda, penalti , dan iuran jaminan sosial yang paling dikecualikan . Pengembalian dan koreksi penerimaan pajak keliru dikumpulkan diperlakukan sebagai pendapatan negatif " ( Bank Dunia , 2012) . Dalam aplikasi ini kita menggunakan nilai rata-rata untuk periode 2006-2008 .

TOTAL_TAX

Tarif pajak Total ( % dari keuntungan komersial) . " Jumlah tarif pajak mengukur jumlah pajak dan kontribusi wajib dibayar oleh perusahaan setelah memperhitungkan pemotongan diijinkan dan pembebasan sebagai bagian dari keuntungan komersial. Pajak yang dipotong (seperti pajak penghasilan pribadi ) atau dikumpulkan dan dikirim ke otoritas pajak (seperti pajak pertambahan nilai , pajak penjualan barang dan atau

Untuk menguji H1 , H2 dan H3 hipotesis kami memilih empat spesifikasi linier model dan memperkirakan parameter menggunakan OLS regresi
To test the H1, H2 and H3 hypotheses we chose four linear specifications of the model and estimated the parameters using OLS regressions:

GDP_GROWTHi
(2009) = b0
+ b1GOV_EXPENSEi  + b2TOTAL_TAXi  + εi
(eq. 1)

GDP_GROWTHi
(2009) = b0
+ b1TAX_REVENU Ei + b2TOTAL_TAXi + εi
(eq. 2)

GDP_GROWTHi
(2009) = b0 + b1GOV_EXPENSEi + b2TAX _ REVENUE + b3TOTAL_TAXi + εi
(eq. 3)
GDP_GROWTHi
(2010) = b0
+ b1GOV_EXPENSEi  + b2TOTAL_TAXi + εi
(eq. 4)

GDP_GROWTHi
(2010) = b0
+ b1TAX_REVENUEi  + b2TOTAL_TAXi  + εi
(eq. 5)

GDP_GROWTHi
(2010) = b0 + b1GOV_EXPENSEi + b2TAX _ REVENUE + b3TOTAL_TAXi + εi
(eq. 6)
GDP_GROWTHi
(2011) = b0
+ b1GOV_EXPENSEi  + b2TOTAL_TAXi + εi
(eq. 7)

GDP_GROWTHi
(2011) = b0
+ b1TAX_REVENUEi  + b2TOTAL_TAXi  + εi
(eq. 8)

GDP_GROWTHi
(2011) = b0
+ b1GOV_EXPENSEi + b2TAX _ REVENUE + b3TOTAL_TAXi + εi
(eq. 9)

The error term e i  is assumed to have the standard classical properties.


Jadi untuk memiliki gagasan mengenai variabel dari regresi kami menganalisis statistik deskriptif . Pada tabel 1 kami sajikan beberapa parameter yang signifikan dari variabel-variabel yang terlibat .


Table 1: Descriptive statistics of variables
Variable
Mean
St. dev.
1st Quartile
Median
3rd Quartile
GDP_GROWTH 2009
-0.80
5.88
-4.40
-1.27
3.10
GDP_GROWTH 2010
4.46
4.25
1.69
4.02
6.77
GDP_GROWTH 2011
3.89
3.94
1.70
3.63
5.72
GOV_EXPENSE
24.8
9.8
16.9
24.1
32.5
TAX_REVENUE
17.2
6.6
13.3
16.4
22.2
TOTAL_TAX
42.8
14.0
35.3
42.9
49.9




Baik mean dan median dari variabel GDP_GROWTH menunjukkan penurunan pada tahun 2009 dan peningkatan di tahun 2010 dan 2011 . Kita harus berkomentar bahwa bahkan pada tahun runtuhnya ekonomi global ( 2009) , 25 % dari negara-negara dari sampel memiliki pertumbuhan ekonomi yang lebih tinggi dari 3,10 % . Perilaku probabilistik variabel GOV_EXPENSE , TAX_REVENUE , dan TOTAL_TAX dianalisis dalam angka 1 , 2 dan 3 .

Studi kami tidak mendalam mendekati awal , penyebaran dan mekanisme konservasi krisis ekonomi . Meskipun variabel yang digunakan adalah statistik yang signifikan , nilai-nilai R2 rendah , yang berarti ada banyak faktor lain yang harus dipertimbangkan . Namun hasil yang diperoleh tidak sia-sia , variabel yang signifikan memiliki peran penting dalam perekonomian dan harus diperlakukan serius dalam kebijakan ekonomi . Ekonomi bisa lebih atau kurang terkontrol oleh negara . Kita berbicara tentang perlindungan sosial , sistem medis dan sistem pensiun . Umumnya , itu diterima dalam literatur bahwa kontrol negara dalam domain menjamin keadilan sosial yang lebih baik . Tapi apakah ada kontrol ini meningkat lebih efisien secara ekonomi ? Penelitian ini menunjukkan bahwa ekonomi kurang diatur menyerap lebih shock krisis dan pulih lebih mudah .




3.       EFEECT SUBSIDI TERHADAP INCOME PER KAPITA

TEMA : DAMPAK SUBSIDI TERHADAP PENDAPATAN PERKAPITA
JUDUL            : APA PENGARUH PENGHAPUSAN SUBSIDI TERHADAP KEGIATAN EKONOMI?

Tingkat kesejahteraan sebuah negara seringkali dilihat berdasarkan tingkat pendapatan perkapitanya. Dimana pendapatan perkapita ini dapat dilihat atau dihitung berdasarkan tingkat pendapatan nasionalnya. Pendapatan nasional adalah jumlah nilai barang dan jasa akhir yang dihasilkan oleh suatu perekonomian dalam periode tertentu yang dihitung berdasarkan nilai pasar. Setiap negara memiliki suatu sistem perhitungan pendapatan nasional masing - masing. 
Sistem tersebut merupakan suatu cara mengumpulkan informasi perhitungan terhadap hal-hal sebagai berikut :
a. Nilai berbagai ibarang dan jasa yang diproduksi oleh suatu negara
b. Nilai berbagai jenis pengeluaran atas produk nasional
c. Jumlah pendapatan yang diterima oleh berbagai faktor produksi yang digunakan
untuk menciptakan produk nasional tersebut
Sedangkan pendapatan per kapita adalah pendapatan rata-rata untuk masing-masing penduduk dalam suatu negara selama satu periode tertentu. Yang akan berhubungan setara dengan kegiatan ekonomi di negara itu
Manfaat perhitungan pendapatan per kapita:
1. Untuk melihat tingkat perbandingan kesejahteraan masyarakat suatu negara dari tahun ke tahun
2. Sebagai data perbandingan tingkat suatu negara dengan negara lain
3. Sebagai perbandingan tingkat standar hidup negara dengan negara lainnya
4. Sebagai data untuk mengambil kebijakan di bidang ekonomi.
Namun sayangnya Tingginya pendapatan per kapita suatu negara dalam perhitungannya kurang memperhatikan aspek pemerataan distribusi pendapatan dan harga barang keperluan sehari-hari.
Lalu apa hubungan subsidi dalam pendapatan perkapita suatu Negara?. Subsidi adalah bentuk bantuan keuangan yang dibayarkan kepada suatu bisnis atau sektor ekonomi. Sebagian subsidi diberikan oleh pemerintah kepada produsen atau distributor dalam suatu industri untuk mencegah kejatuhan industri tersebut (misalnya karena operasi merugikan yang terus dijalankan) atau peningkatan harga produknya atau hanya untuk mendorongnya mempekerjakan lebih banyak buruh (seperti dalam subsidi upah).
Banyak orang berpendapat bahwa subsidi pasti membawa dampak positif bagi kegiatan ekonomi suatu Negara, karena dapat mencegah atau membantu rakyat yang mengalami kesulitan. Namun ternyata selain membantu subsidi juga dianggap sebagai suatu bentuk proteksionisme produsen lokal dalam memproduksi barang dan jasa yang kompetitif terhadap barang dan jasa impor. Subsidi dapat mengganggu pasar dan memakan biaya ekonomi yang besar. 
Bantuan keuangan dalam bentuk subsidi bisa datang dari suatu pemerintahan, namun istilah subsidi juga bisa mengarah pada bantuan yang diberikan oleh pihak lain, seperti perorangan atau lembaga non-pemerintah. Subsidi yang diberikan pemerintah untuk produsen lokal dihasilkan dari pajak. Bentuk-bentuk subsidi antara lain bantuan keuangan, pinjaman dengan bunga rendah dan lain-lain.
Salah satu kebijakan utama oleh Bank Dunia untuk adalah penghapusan subsidi pertanian, kesehatan, pendidikan, minyak bumi produk, dan sebagainya pada negara-negara berkembang. Kebijakan ini dimaksudkan untuk meningkatkan kinerja ekonomi di negara-negara. Namun, penghapusan subsidi dapat memiliki efek buruk pada masyarakat miskin di negara-negara tersebut. Lalu apakah kebijakan ini dapat meningkatkan kinerja ekonomi yang berdampak pada meningkatnya pendapatan perkapita suatu negara? 

Lebih dari lima puluh tahun yang lalu, pemenang hadiah Nobel Kenneth Arrow dan Gerard Debreu membuktikan adanya harga yang kompetitif sangat membatasi suatu keadaan. Dalam kondisi tertentu, keseimbangan kompetitif bersifat efisien karena dapat memaksimalkan kesejahteraan social suatu Negara.

Dalam keseimbangan kompetitif, harga tiap komoditas sama dengan biaya produksinya. Jika permintaan kuantitas dari komoditas meningkat mengakibatkan harga jatuh, karena peningkatan jumlah kuantitas dalam ekuilibrium kompetitif akan menghasilkan penurunan harga. Namun karena harga sama dengan biaya untuk memproduksi komoditas tersebut, tentunya keadaan ini merugikan.

            Sehingga dapat di simpulkan kesejahteraan ekonomi meningkat jika kuantitas meningkat ketika ekonomi berada di bawah kuantitas ekuilibrium kompetitif.  Hal inilah yang menjadi alasan dari kebijakan Bank Dunia, sebab subsidi dainggap sebagai  bentuk distorsi pasar yang mengarah ke misalokasi sebuah sumber daya dan penurunan kesejahteraan sosial.
            Kita tahu bahwa kondisi yang pasar  disebut sebagai pasar bebas jarang di temukan di dunia nyata, lalu mengapa Bank Dunia merekomendasikan penghapusan subsidi ke beberapa negara berkembang?
(Joseph Stiglitz, 2001) ketidaksempurnaan pasar atau distorsi ada apabila pembeli kurang informasi, jumlah perusahaan kecil, barang publik yang ada, hak milik lemah dan sebagainya. Namun, ketidaksempurnaan pasar tidak selalu menyebabkan kegagalan pasar atau inefisiensi.
Hampir lima puluh tahun yang lalu, Lipsey dan Lancaster (1956) memperlihatkan bahwa dalam ekonomi terdapat banyak ketidaksempurnaan pasar, tidak ada jaminan bahwa penghapusan salah satu ketidaksempurnaan itu akan meningkatkan kesejahteraan sosial.
Subsidi jika dipilih secara tepat akan menggerakkan perekonomian menuju sempurna. Sehingga kita tidak bisa serta merta menyimpulkan bahwa subsidi akan mengurangi kesejahteraan social kecuali kita mengetahui besaran relatif dari biaya dan manfaat. 
Namun nyatanya ada alasan lain mengapa penghapusan subsidi tidak mungkin
meningkatkan kinerja ekonomi. Subsidi dapat digunakan oleh pemerintah untuk
redistribusi pendapatan dari orang kaya kepada orang miskin. Harvard ekonom Alberto Alesina dan Dani Rodrik (1994) menunjukkan bahwa ketimpangan pendapatan memiliki efek buruk pada pertumbuhan.
            Sebagai contoh, mempertimbangkan tiga atlet bersaing dalam lomba 100m. Panggil mereka Kofi, Musa, dan Edem yang memperebutkan hadiah senilai $ 1 juta. Andaikan Kofi adalah sprinter yang cepat luar biasa di bandingkan Musa dan Edem. Sedangkan Musa dan Edem adalah setara. Jika pemenang mendapatkan $1
juta dan yang kalah tidak mendapatkan apa-apa, maka Musa dan Edem akan mengerahkan sangat sedikit usaha karena mereka tahu bahwa mereka tidak bisa benar-benar bersaing dengan Kofi dan runner-up tidak menerima apa - apa. 
Tetapi jika Edem dan Musa mengerahkan sangat sedikit usaha, maka Kofi tidak memiliki insentif untuk mengerahkan upayanya dengan maksimal. Upaya agregat karena itu akan menjadi rendah dan ketidaksetaraan pendapatan akan menjadi tinggi karena satu orang akan menjadi satu juta dolar lebih kaya dari yang lain. 
Namun jika $ 700.000 pergi ke pemenang dan $ 300.000 pergi ke runner up. Dalam hal ini, Edem dan Musa akan mengerahkan upaya yang lebih tinggi karena sekalipun menjadi juara kedua, mereka akan menerima hadiah. Upaya yang lebih tinggi Edem dan Musa juga akan mendorong Kofi untuk meningkatkan usahanya. Sehingga upaya agregat akan lebih tinggi dan distribusi pendapatan akan tidak begitu timpang. 
Oleh karena itu, penghapusan subsidi mungkin meredam kegiatan ekonomi. Tapi ini bergantung pada pandangan seseorang tentang keseimbangan anggaran. Jika kita menghargai kenyataan bahwa subsidi harus dibiayai melalui pajak, maka penghapusan subsidi mungkin menyiratkan pengurangan pajak. Pengurangan pajak bisa menstimulasi perekonomian. Pada kenyataannya, pajak tidak berkurang bila subsidi dihapus. Bank Dunia dan pemerintah di negara-negara berkembang harus menerapkan kebijakan ini hati-hati dan harus mendidik masyarakat mengenai informasi tentang pro dan kontra dari kebijakan ini, termasuk alternatif menggunakan pajak pendapatan jika subsidi pada komoditas tertentu akan dihapus

 KEUNTUNGAN & KELEMAHAN GNP


Judul     : Apakah Gross National Product (GNP) merupakan Indikator Pembangunan Ekonomi?
Pembangunan merupakan suatu usaha pertumbuhan dan perubahan berencana yang dilakukan secara sadar oleh sutu bangsa, negara dan pemerintah menuju moderenisasi dalam rangka pembinaan bangsa. Sebagai upaya pembangunan bangsa, pembangunan meliputi segala segi kehidupan bansa dari aspek politik, ekonomi, sosial, budaya, pertahanan keamanan serta hubungan bangsa. Tujuan pembangunan nasioanal adalah mencapai pertumbuhan ekonomi yang setinggi-tingginya. Pendapatan Nasional (National Income) merupakan salah satu indikator penting untuk mengukur prestasi perekonomian suatu bangsa.
William J. Stanton, Michael J. Etzel & Bruche J. Walker (1991), Fundamentals Of Marketing 9th Edition . Mc Graw-Hill, Inc. USA mengatakan bahwa “The Gross National Product (GNP) is the total dollar value of all final goods and services produced for consumption in society during a particular time period. Its rise or fall measures economic activity based on the labor and production output within a country. The figures used to assemble data include the manufacture of tangible goods such as cars, furniture, and bread, and the provision of services used in daily living such as education, health care, and auto repair. Intermediate services used in the production of the final product are not separated since they are reflected in the final price of the goods or service. The GNP does include allowances for depreciation and indirect business taxes such as those on sales and property”.
Produk Nasional Bruto (Gross National Product/GNP) adalah seluruh barang dan jasa yang dihasilkan masyarakat suatu negara dalam periode tertentu, biasanya satu tahun, termasuk didalamnya barang dan jasa yang dihasilkan warga negara tersebut yang berada atau bekerja diluar negeri. Barang dan jasa yang dihasilkan warga negara asing yang bekerja didalam negeri, tidak termasuk GNP. GNP merupakan pendapatan nasional yang dihitung dengan mengeluarkan faktor pendapatan dari warganegara asing yang berdomisili di negara tersebut dan hanya menghitung nilai barang dan jasa yang hanya dihasilkan oleh orang yang berkewarganegaraan negara tersebut saja. Dalam perhitungan, istilah ini lebih sering digunakan karena dapat menggambarkan dengan jelas prestasi ekonomi negara yang bersangkutan tanpa pengaruh dari pihak asing (dalam bentuk penanaman modal asing).
Pada jurnal ini menjawab pertanyaanmendasar tentang bagaimanaGNP/GDPberhubungan dengankesejahteraan manusia yang menjadi dasar untuk meningkatkan pembangunan suatu perekonomian di suatu negara? Menurut Robert Eisner telah mengamati “pendapatan nasioanal memberikan kontribusi besar untuk ekonomi selama abad terakhir”. Sejak 1945, data statistik pendapatan nasional telah menemukan berbagai analisa. Misalnya, membantu untuk menginformasikan rancangan pemerintah dalam kebijakan fiskal dan moneter, rancana investasi dan biasanya digunakan untuk menilai strategi pembangunan di negara-negara berkembang. Banyak para praktikus telah mempertanyakan apakah data pendapatan nasional cukup untuk mengukur keadaan atau perubahan kesejahtraan ekonomi? Sekarang ini kemakmuran dan kesejahteraan suatu Negara dilihat berdasarkan Pendapatan Nasional dan Pendapatan Perkapita Negara tersebut. Pendapatan perkapita adalah pendapatan dari penduduk suatu Negara, sedangkan pendapatan nasional merupakan pendapatan dari suatu Negara selama satu tahun. Keduanya memiliki hubungan yang searah dengan tingkat kemakmuran dan kesejahteraan suatu Negara. Semakin tinggi pendapatan nasional dan pendapatan perkapita suatu Negara, maka tingkat kemakmuran dan kesejahteraan Negara tersebut akan semakin tinggi pula. Begitu pula sebaliknya. Tetapi pendapatan nasional yang tinggi tidak dapat menjamin pendapatan perkapita akan tinggi juga.

Sebenarnya apabila kita mengukur kesejahteraan dan kemakmuran suatu Negara hanya dengan melihat Pendapatan Perkapita dan Pendapatan Nasional Negara tersebut saja, pendapatan nasional dalam suatu Negara itu tinggi, bukan berarti didalam Negara tersebut sudah tidak ada lagi rakyat yang kekurangan, atau dalam bahasa kasarnya rakyat miskin. Tapi bukan berarti rakyat miskin itu beban dalam suatu Negara, mereka miskin juga bukan keinginan mereka. Mereka kekurangan mungkin karena keterbatasan pengetahuan yang mereka miliki, atau keterbatasan lapangan kerja.
 Terkadang pendapatan di suatu Negara itu tidak merata, hal ini disebabkan mungkin karena letak geografis, keterbatasan pengetahuan yang dimiliki, atau keterbatasan lapangan kerja di Negara tersebut.

Beberapa ahli ekonomi juga berpendapat bahwa pengukur kesejahteraan suatu Negara dapat dilihat dari beberapa faktor, seperti : pertumbuhan ekonomi, penduduk dan kesempatan kerja, tingkat kemiskinan, tingkat pengangguran, pendapatan, serta kesehatan dan keamanan di Negara tersebut.
 Pendapatan nasional dapat ditingkatkan dengan cara meningkatkan mutu didalam bidang politk, pertanian, sosial, pendidikan, dan yang paling utama adalah ekonomi. Dengan meningkatkan mutu pada bidang-bidang tersebut, juga dapat meratakan pendapatan di setiap daerah dalam suatu Negara. 

Dalam jangka pendek, hutang luar negeri sangat membantu pemerintah Indonesia dalam upaya menutup defisit anggaran pendapatan dan belanja Negara (APBN), akibat pembiayaan pengeluaran rutin dan pengeluaran pembangunan yang cukup besar. Dengan demikian, laju pertumbuhan ekonomi dapat dicapai sesuai dengan target yang telah ditetapkan sebelumnya.

Suatu Negara akan dapat mengendalikan hutang luar negeriya bila memiliki struktur finansial yang kuat dan kokoh, dalam hal ini pendapatan nasional Negara tersebut mampu memikul beban langsung yang berupa pembayaran cicilan pokok pinjaman luar negeri dan bunganya (debt service) dalam bentuk uang kepada kreditur di luar negeri, karena hutang luar negeri selalu disertai dengan kebutuhan devisa untuk melakukan pembayaran kembali. Pembayaran cicilan hutang luar negeri beserta bunganya merupakan pengeluaran devisa yang utama bagi banyak Negara-negara debitur. Dengan meningkatnya pendapatan nasional, suatu Negara dapat meningkatkan kerjasama dengan Negara lain baik itu kerjasama bilateral maupun multilateral, sehingga dapat membina hubungan yang lebih baik dengan Negara lain, dan bukan tidak mungkin akan meningkatkan derajat Negara di mata Negara lain dan dunia internasional. Namun meningkatnya pendapatan nasional Negara juga membawa dampak yang kurang baik, karena dengan meningkatnya pendapatan nasional berarti kegiatan perekonomian suatu Negara sudah dapat dikatakan berhasil, sehingga banyak Negara lain yang ikut menanamkan modal di dalam kegiatan perekonomian Negara tersebut. Dengan masuknya pihak investor asing dalam pasar internasional di suatu Negara, maka secara tidak langsung akan membawa kebudayaan baru ke dalam Negara tersebut, yang mungkin dapat menggeser kebudayaan Negara tersebut. Dampak buruk lainnya, bila dua Negara melakukan kerjasama akan terjadi kecurigaan atau ketidakpercayaan yang disebabkan oleh minimnya transaksi yang dilakukan dengan pertemuan langsung antar kedua Negara. Jadi, pendapatan nasional dapat berdampak baik maupun buruk bagi suatu Negara, khususnya dalam hubungannya dengan Negara lain (dunia internasional). Namun terlepas dari itu, suatu Negara sudah seharusnya membina hubungan baik dengan Negara lain lewat berbagai kerjasama yang mungkin dapat dilakukan di berbagai bidang seperti bidang ekonomi, sosial, politik, pendidikan, dan lainnya agar dapat meningkatkan pendapatan nasional.

Kesimpulan
Pendapatan Nasional menentukan tingkat kemakmuran suatu negara dan juga bisa dijadikan sebagai salah satu tolak ukur keberhasilan ekonomi suatu negara. Pendapatan Nasional Luar Negeri berpengaruh langsung terhadap hubungan antar negara-negara untuk menanamkan modalnya pada suatu negara guna menciptakan kemajuan bagi negara tersebut. ada beberapa dampak yang diakibatkan dari pendapatan Nasional terhadap Luar Negri itu sendiri, diantaranya:  
  • Dampak positif dari pendapatan nasional bagi luar negeri adalah dapat meningkatkan kerja sama dengan negara lain dengan begitu akan tercipta suatu kekuatan ekonomi antar kedua negara tersebut, kemudian dapat meningkatkan derajat suatu negara di mata negara lain, maksudnya adalah negara dengan pendapatan ekonomi yang stabil akan menjadi tujuan investasi modal dari negara lain, dengan begitu akan meningkatkan pertumbuhan ekonomi dari suatu negara.
  •  Dampak negatifnya adalah masuknya kebudayaan asing yang bisa menggeser kebudayaan lokal atau budaya asli dari suatu negara, kemudian dengan menjalin kerja sama antar kedua buah negara yang berbeda akan membuat jarak temu yang berakibat menimbulkan rasa ketidakpercayaan dan kecurigaan.

  CONCEPT STOCK&FLOW


Analisis Jurnal Concept Stock and Flow
Judul Jurnal: Sektor Kunci Ekonomi Maroko: sebuah aplikasi dari analisis Input-Output.
Maroko adalah sebuah negara yang terletak di benua Afrika, dengan kategori negara yang berpendapatan menengah rendah (Bank Dunia 2010,2011). Tingkat perekonomian Maroko yang masih rendah dan masih kurang beragamnya jenis perekonomian di negara ini membuat pemerintah Maroko mereformasi hukum dan kelembagaan penting, untuk mendiversivikasi perekonomian dan meningkatkan daya saing negara ini sejak 1998. Pada periode yang sama pemerintah Maroko gencar melakukan promosi dibidang Investasi, lapangan kerja dan bidang ekonomi lainnya. Untuk menjawab tantangan perekonomian di Maroko yaitu ketergantungan negara ini hanya pada sektor pertanian dengan tingkat curah hujan yang tinggi dan tingginya tingkat penganggguran.
Seiring dengan usaha pemerintah maroko untuk meningkatkan perekonomian negaranya, tentu banyak hal yang berkembang dari agregat perekonomian Maroko. Maka jurnal ini bertujuan untuk  mengidentifikasi beberapa fitur struktural dengan menggunakan analisis input-output ( IOA ) yang ada dinegara Maroko. Dimana makalah ini berupaya untuk mengekplorasi ketergantungan dari berbagai sektor ekonomi dan menjalankan simulasi untuk mengukur dampak dari permintaan akhir pada output dari permintaan sektor yang berbeda.
Bagian pertama makalah ini menggunakan  metode  analisis inpu-output. Analisis inpu-output menggambarkan aliran jasa dan barang dalam ekonomi. Analisis input-output ini dapat membuktikan beberapa hipotesis, pertama teknologi yang didigunakan dalam produksi dan faktor penawaran dalam produksi. Analisis perhitungannya sebagai berikut:




Table 1. A Tabel Data Input-Output

Konsumsi Intermediet


Sektor
S1
S2
Sn
Permintaan Akhir
Total Output
S1
x11
x12
…x1n
y1
X1
S2
x21
x22
…x2n
y2
X2
:
:
:
:
:
:
Sn
xn1
xn2
…xnn
yn
Xn
Nilai Tambah
VA1
VA2
VAn


Impor
M1
M2

Mn


Total input
X1
X2
Xn



Dari tabel diatad didapatkan 4 persamaan untuk mengetahui aliran jasa dan barang dari berbagai sektor perekonomian yang ada di Maroko.

xd
          aijd  =
ij

               x j
Persamaan ………………………………………(1)
Ket:
aijd  = aliran produksi dari beberapa sektor ekonomi
Ad = teknologi yang digunakan konstan
VAj  = x j n
xijd n xijm



i=1


Persamaan………………………………………..(2)

Ket:
VAj= Nilai Tambah (Value Added)

Pendapatan dari penjualan Output yang dihasilkan oleh perusahaan akan dibeli kembali input untuk proses produksi beikutnya, aliran dari beberapa sektor ini akan menimbulkan Nilai Tambah yang pada persamaan kedua diatas.

x
= xd
+ xd
+.... + xd
+ yd


i
i1
i2
in
i  untuk i = 1, …,


Persamaan ………………………………….(3)

Persamaan diatas menggambarkan produksi dengan jumlah produksi yang digunakan  oleh sektor produktif tambah dengan menggunakan permintaan y1d.

Persamaan terakhir, yaitu tentang sumber daya yang tersedia dan yang dipakai oleh perusahaan.
X + M = Am X + Ad X +Y m +Y d

Persamaan…………………………………………………………………………………………………..(4)
Dari persamaan diatas dapat dihitung aliran input-output dari beberapa sektor, dengan beberapa asumsi diantaranya teknologi yang digunakan dianggap konstan, dan aliran input-output hanya mempunyai ruang lingkup domastik dan local. Namun masih ada faktor yang lebih kompleks yang terjadi dilapangan, maka dapat dilanjutkan dengan analisis berikutnya.

o   Matriks Invers Leontief dan Metodelogi dari Permintaan Sektor

Pada analisis input-output melihat permintaan atau aliran dari sudut pandang ekonomi. Hubungan antara permintaan akhir Y dan sektor output X, dapat dijelaskan dengan metode hitung matriks inverse Leontief ini.
Setelah menurunkan rumus yang didapatkan dari perhitungan, maka didapatkan :








bj



bj



BL
j
=






n



=




1

n b j












nb



















2
















n
j=1













dan

























1 b


bi




FL

=


n
i
=






















i



1
n bi


nb








2














n
i=1











Nilai BL dan FL mempunyai kategori perhitungan tersendiri untuk menampilkan aliran yang terjadi antara sektor perusahaan yang terjadi.

·         Garis Besar Struktur Perekonomian Maroko

Kontribusi sektor-sektor perekonomian Maroko tidak menaikkan angka PNB negara ini, berikut data yang didapatkan dari perhitungan:

Table 2. Kontribusi Keseluruhan Sektor terhadap GDP (%)





Rata-rata


1998
2007
19982007

Agriculture and fisheries
19.3
13.0
15.5

Industry
16.5
14.2
15.8

Energy
3.4
2.8
3.2

Mining
2.4
2.3
2.1

Building and public works
4.1
6.5
5.5

merchant services
37.5
42.8
39.6

Non merchant services
16.8
18.4
18.3

Totals
100
100
100


·         Penawaran dari Beberapa Sektor di Maroko

Dengan menggunakan nilai BL dan FL seperti yag ada di persamaan diatas, maka kita dapat mengidentifikasi sektor kunci ekonomi di maroko. Data yang didapatkan setelah melakukan perhitungan:







Table 5. Ordering of sectors by the Hirschman-Rasmussen approach

Codes










Class

Rank

Class

Rank

















of

Sectors


BLj

FLi










(2007)
(2007)
(1998)
(1998)



sectors
































D01

Food and tobacco industry
1.389

1.091


II
1

II
1



D05

Other manufacturing industries
1.094

1.246


II
2

II
3





(outside petroleum refining)


























F45

Building and public works
1.299

0.746


III
3

III
5



H55

Hotels and restaurants

1.182


0.798


III

4

III

6















I01

Transport
1.155

0.911


III
5

III










8



D03

Chemical and Para-chemical
1.129

0.986


III
6

II
2













industries


























D02

Textile and leather industries

0.999


0.888

IV

13

III

7














I02

Posts and Telecommunications
0.984
0.813

IV
14

IV
19









L75

General Public Administration and
0.976

0.729

IV
15

IV
15











Social Security






G00




















Commerce and repair














0.961
0.771

IV
16

IV
16



B05


Fishing and aquaculture















0.912


0.814

IV

17

IV

14



J00


Financial activities and insurance

0.906
0.929

IV
18

IV
17











OP0


Other non-financial services














0.826

0.786

IV
19

IV
18



MN0

Education, health and social action
0.791

0.738

IV
20

IV
20










Source: Our estimates for 2007 and Nihou and Khallef's estimates for 1994



6.       EKONOMI 4 SEKTOR



Analisis Jurnal Perekonomian 4 Sektor
Judul Jurnal: Liberalisasi Perdagangan, Penyesuaian Fiskal dan  Kebijakan  Tingkat Pertukaran di India
India adalah salah satu negara dikawasan Asia yang dikategorikan negara berkembang. Pada tahun1991, India dilanda krisis devisa yang serius. Kebijakan fiscal yang boros dari tahun 1980-an telah membawa India terjerumus dalam krisis. India mengalami deficit fiskal sebesar 10% dari PDB dan deficit neraca berjalan sekitar 3% dari PDB pada tahun 1987-1988. Kondisi ini tentunya membuat pemerintah India mengambil keputusan-keputusan di bidang perekonomian, diantaranya pembatasan kuota impor, dan memasang tarif impor yang tinggi untuk melindungi beberapa sektor perekonomian India. Pergantian kepemimpinan di India pada tahun 1991 juga telah membuat masa pemerintahan yang baru terpilih untuk melakukan penyelamatan perekonomian dengan langkah yang kongkret dan structural. Usaha yang dilakukan oleh pemerintah India tersebut untuk menyeimbangkan sektor fiskal dan beberapa penyelamatan perekonomian.
Makalah ini akan membahas beberapa masalah diantaranya, apa dampak dari penurunan atau deficit fiskal terhadap tingkat pajak dan pengeluaran, nilai tukar riil dan deficit transaksi berjalan? Efek apa yang ditimbulkan dari liberalisasi perdagangan tanpa pendanaan eksternal tambahan pada variable ekonomi makro seperti tingkat yang diperlukan terhadap penyesuaian fiskal dan perubahan nilai tukar riil, pada tingkat input-output dalam kegiatan ekspor-impor yang dilakukan? Apakah dampak liberalisai perdangan tersebut harus terlihat seperti pendanaan eksternal substantive tanpa perlu penyesuaian fiskal dalam negeri. Pertanyaan tersebut diekplorasi menggunakan model ekuiblrium umum perekonomian India yang berfokus pada reformasi kebijakan perdagangan.
Makalah ini berupaya untuk melihat sisi makro ekonomi yang ada di India dari beberapa sektor industry yang ada India dengan beberapa pendekatann ataupun dari sumber informasi keuangan nasional India. Setelah bagian pendahuluan, bagian ke-2 dari makalah ini adalah mendeskripsikan beberapa sektor ekonomi India, bagian ke-3 adalah menjawab pertanyaan kebijakan yang ada di bagian pendahuluan, dan bagian yang ke-4 adalah membandingkan aliran masukan agregat ekonomi selama 1992-1993.
·         Deskripsi Beberapa Sektor Perekonomian di India:
1.      Produksi
Sektor produksi menampilkan berapa jumlah produksi di India yang terdiri dari 72 subsektor sehingga menghasilkan nilai defisit, dan nilai pendapatan perkapita, dan beberapa data yang menunjukkan cirri sektor produksi di India.

2.      Permintaan
Menggambarkan data permintaan di India yang terdiri dari beberapa komponenseperti konsumsi rumah tangga, investasi, hingga permintaan luar negeri.
3.      Kuota Impor dan Pasokan Barang
Kegiatan impor yang ada di India tentunya dibatasi dengan pembatasan atau regulasi impor tertentu.  Memiliki aturan yang ketat dan berdaya saing tinggi. Pasokan barang yang ada di India mempunnyai ciri secara umum sama , tidak identik , mereka membentuk masukan bahan agregat sebagai bagian dari struktur produksi nilai saham tetap.
4.      Ekspor
Nilai ekspor India pada tahun  1987-1988 , sekitar 6,3 persen dari PDB India. India berusaha memvariasikan penjualan ekspor dengan harga ekspor.
5.      Utang Luar Negeri
Total utang luar negeri India sekitar $6 Miliar, tentunya hal ini akan membebani beban fiskal pemerintah.
6.      Sistem Perpajakan
Pada tahun 1987-1988 pemerintah India berupaya untuk menaikkan pendapatan dari berbagai pajak yang dihasilkan dari negara ini.
7.      Konsumsi Pemerintah
Konsumsi pemerintah yang terbesar adalah bagian jasa (60%) dan konstruksi (6,3%)
8.      Kliring Pasar
Kondisi tabungan investasi di India puas atas indicator-indikator tertentu.
9.      Anggaran Pemerintah
Pendapatan yang berasal dari berbagai sumber, dapat menjadi anggaran pemerintah dan menjadi tabungan bagi pemerintah.
10.  Faktor Pasar
Faktor lain yang mempemgaruhi pasar, diantaranya tentang penggolongan jenis tenaga kerja dan faktor lain yang  berperan atau proporsi yang konstan dari tingkat pengembalian sektor yang luas di mana mereka berada .
11.  Keseimbangan Eksternal dan Internal
Keseimbangan eksternal berkaitan dengan pencapaian nilai yang ditentukan dari defisit transaksi berjalan dalam neraca pembayaran - . Fokus analisis ini adalah untuk membawa keseimbangan eksternal tersebut melalui pengurangan penyerapan disebabkan oleh penyesuaian fiskal .


·      Simulasi Kebijakan

Simulasi kebijakan 1: Mengurangi Defisit Fiskal

Seperti yang telah dijelaskan di bagian pendahuluan tentang jumlah deficit yang dialami oleh India, maka simulasi kebijakan pertama yang diambil adalah mengurangi deficit fiscal pemerintah dari 10% dikurangi menjadi 7%, data proses pengurangan tersebut dapat dilihat pada tabel dibawah ini:
Table 3.1: Effects of Reducing Fiscal Deficit to 7% of GDP

(Base Solution : 1.00)

Tax Adjustment
Public


Consumption


Adjustment
Government


Real Govt. Consumption
1.000
0.704
Prices


Exchange Rate (Rs/US$)
1.265
1.264
Producer Prices
1.062
1.029
Real Exchange Rate
1.203
1.235
Consumer Price Index
1.054
1.014
Real GNP at Market Prices
0.980
0.980
Output
0.959
0.983
Private Consumption
0.928
0.974
Imports
0.864
0.863
Exports
1.407
1.474
Total Factor Productivity
1.006
1.006
Memo Item


Foreign Savings/ GDP
0.0022
-0.0005

Simulasi kebijakan 2: : Liberalisasi Perdagangan dengan Penyesuaian Fiskal dan ada Pembiayaan Eksternal Tambahan
Berikut adalah tabel yang menunjukkan data tentang penyesuaian pasar bebas dengan penyesuaian fiskal
Table 3.2: Effects of Trade Liberalization with Fiscal Adjustment and Devaluation : High (25%) Premium Case
(Base Solution: 1.00)

Tax
Tax Adjustment
Public Consumption
Public Consumption

Adjustment
w/o TFP
Adjustment with
Adjustment w/o TFP

with TFP
Growth
TFP Growth
Growth
Government




Real Govt.Consumption
1.000
1.000
0.942
0.927
Excise / CVD Tax Rate
1.228
1.290
1.000
1.000
Prices




Exchange rate (Rs/US$)
1.109
1.128
1.105
1.123
Producer Prices
0.980
0.991
0.974
0.983
Real Exchange Rate
1.129
1.129
1.131
1.140
Consumer Price Index
1.004
1.010
0.996
1.001
Real GNP at market prices
1.009
1.003
1.009
1.003
Output
0.999
0.990
1.002
0.997
Private Consumptions
0.998
0.989
1.008
1.001
Imports
1.065
1.062
1.068
1.065
Exports
1.292
1.297
1.298
1.304
Total Factor Productivity
1.007
1.000
1.007
1.000

Kolom ( 1 ) menunjukkan konsekuensi dari penyesuaian fiskal melalui peningkatan tingkat rata-rata Uni tarif cukai pajak . Itu rata-rata harus meningkat 23 persen dalam rangka untuk mengembalikan keseimbangan . Keseimbangan internal dipulihkan melalui persen depresiasi nilai tukar riil 13 . Ekspor naik 29 persen dan impor sebesar 7 persen . Semakin besar keterbukaan terhadap lingkungan eksternal yang disebabkan oleh reformasi meningkatkan produktivitas faktor total sekitar 1 persen, maknanya dapat dinilai dengan membandingkan kolom ( 1 ) dan ( 2 ) di mana kedua menghilangkan efek meningkatkan produktivitas dari luar orientasi. Kolom ( 3 ) menunjukkan hasil penyesuaian fiskal melalui pengurangan konsumsi publik dengan investasi ( publik dan swasta ) tetap konstan. Besarnya upaya fiskal sehingga muncul cukup dikelola untuk liberalisasi perdagangan modal dan barang setengah jadi sektor produksi .

Simulasi 3: Liberalisasi Perdagangan dengan Tambahan Biaya Eksternal dan Tidak Ada Penyesuaian Fiskal
Sebuah reformasi struktural seperti liberalisasi perdagangan sering disertai dengan pembiayaan eksternal tambahan. Ketersediaan kedua mengurangi kebutuhan untuk penyesuaian fiskal untuk membuat setiap kekurangan dalam tabungan domestik yang timbul dari penurunan tarif. Simulasi ini mengkaji konsekuensi menyesuaikan liberalisasi perdagangan hanya melalui pendanaan eksternal tambahan.
Data dapat dilihat pada tabel dibawah ini
Table 3.7:  Effects of Trade Liberalization Without Fiscal Adjustments and With Variable

Current Account

(Base Solution=1.00)

With TFP Growth
Without TFP Growth



Prices


Exchange Rate (Rs/USS)
1.063
1.069
Producer Prices
0.969
0.975
Real Exchange Rate
1.094
0.997
Consumer Price Index
0.994
0.999
Real GNP at Market Prices
1.012
1.008
Output
1.004
1.000
Private Consumption
1.012
1.008
Imports
1.102
1.108
Exports
1.221
1.210
Total Factor Productivity
1.006
1.000
Foreign Savings/GDP
0.033
0.035





·      Reformasi Ekonomi yang Terbaru
Bagian ini membahas kemampuan model untuk mereproduksi struktur ekonomi antara 1987-1988 , tahun di mana itu dikalibrasi , dan 1992-93 , tahun kedua dari program reformasi.
Table 4.1:  Structure of the Indian Economy, 1992-93, Simulated v.s. Actual

(in percent of GDP at factor prices)

Model
Actual



Net Tax Revenue
13.83%
13.83%
Custom Revenue
3.33
3.8
Union Excise/CVD
5.82
5.43
Private Consumption
76.54
75.62
Fixed Investment
24.55
24.64
Public Consumption
11.12
12.65
Exports
11.52
10.78
Imports
12.28
13.12
Real Exchange Rate (87=1.00) a/






a/  Defined as the rupee price index of f.o.b. imports divided by the index of domestic inflation.

Basis data , sehingga diperbarui untuk 1992-1993 , dapat digunakan untuk mensimulasikan efek dari berbagai reformasi kebijakan . Fokus dari simulasi berikutnya adalah pada liberalisasi perdagangan lebih lanjut .

·   Kesimpulan:
Makalah  ini telah mengembangkan kerangka kerja untuk memeriksa konsekuensi dari program stabilisasi dan liberalisasi perdagangan di India , di mana ketidakseimbangan neraca fiskal dan arus perlu dikurangi dalam rangka untuk memulai perekonomian pada jalur pertumbuhan yang tahan lama . Dengan demikian , akan member  ekspresi kuantitatif timbal balik antara liberalisasi perdagangan dan penyesuaian fiskal yang timbul dari tingkat  ketergantungan pendapatan masyarakat yang tinggi  tentang tarif dan peran kebijakan nilai tukar dalam memulihkan keseimbangan internal dalam menghadapi penurunan tarif dan kontraksi fiskal.
Model ini dikalibrasi untuk periode sebelum tahun 1991 ketika kebijakan ekonomi India ditandai ‘istirahat’ pada masa lalu . Simulasi beberapa kebijakan yang sebenarnya dikejar sampai 1992-1993 membentuk korespondensi luas antara hasil model dan hasil aktual dalam agregat ekonomi makro utama . Ini mendorong temuanyang  menyebabkan pemutakhiran basis data dan eksplorasi putaran berikutnya liberalisasi perdagangan . saya menyimpulkan dengan menyatakan bahwa pendekatan yang dikembangkan dalam makalah ini memiliki potensi untuk menyediakan indikasi luas konsekuensi economywide dan sektoral mengejar agenda reformasi yang belum selesai  masih menghadapi pembuat kebijakan di India dan memang lebih umum di negara-negara berkembang lainnya .
Sumber: http://www.frpii.org/english/Portals/0/Library/Trade/trade_and_fiscal_india.pdf

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS