TEORI
EKONOMI
PERTUMBUHAN PENDAPATAN NASIONAL
Disusun oleh :
Putri Nadila Humairoh
25212777
SMAK - 06
JURUSAN AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS GUNADARMA
Sebelum Perang Dunia II ayunan
Pendapatan Nasional atau konjungtur ini sering terjadi terutama di
negara-negara industri dengan sistem kapitalis dan sistem pasar. Ini pula
rupanya yang membuat sistem sosialis/komunis menarik hati pada waktu itu dan
yang sebenarnya dijadikan suatu alasan oleh Karl Marx bagi keruntuhan sistem
kapitalis. Sesudah Perang Dunia II konjungtur ini tidak seliar seperti
sebelumnya, berkat campur tangan pemerintah dalam kehidupan perekonomian.
Ilmu mengenai ayunan Pendapatan
Nasional atau Konjungtur atau Business Cycle ini diajarkan di
perguruan-perguruan tinggi di Indonesia pada tahun-tahun 50-an. Pada tahun
60-an dihapuskan dari kurikulum dengan alasan ilmu ini adalah ilmu yang
liberalistis. Apalagi dengan berkurangnya ayunan setelah Perang Dunia II,
dianggap tidak bergunalah untuk mempelajarinya. Namun sekarang nampaknya akan
dihidupkan kembali, karena meskipun dalam skala yang lebih kecil ayunan ini
tetap ada. Konjungtur (business cycle) sebagai salah satu cabang Ekonomika mempelajari
sifat hakekat ayunan kegiatan ekonomi, sebab-sebab terjadinya ayunan, dan
resep-resep untuk mengatasinya.
Dilihat dari segi lamanya satu
siklus ayunan, naik turunnya kegiatan ekonomi setiap masyarakat dibagi ke
dalam: ayunan musiman (seasonal), ayunan jangka panjang (cyclical) dan ayunan
jangka amat panjang (trend). Istilah ini tidak begitu memadai sehingga lebih
enak apabila kita gunakan istilah asing. Ayunan musiman adalah ayunan kurang
dari satu tahun karena perubahan musim. Menghadapi lebaran, Natal, tahun baru,
dan hari-hari raya lain, volume penjualan biasanya naik, kegiatan ekonomi agak
ramai. Tapi kenaikan ini bersifat sementara, tidak berumur panjang. Lewat
hari-hari raya itu kegiatan kembali lagi seperti sedia kala. Ayunan semacam ini
tidak menjadi perhatian ahli-ahli ekonomi. Ayunan siklus jangka panjang adalah
ayunan sekitar 8 - 1 0 tahun. Inilah yang terutama diperhatikan para ahli. Di
antara atau lebih tepat lagi di dalam ayunan jangka panjang ini terdapat
ayunan-ayunan kecil dan pendek, umumnya sekitar 3 - 4 tahun. Biasanya ayunan
seperti ini tidak terlalu parah akibatnya. Akhirnya adalah perkembangan
kegiatan ekonomi yang amat panjang, sampai puluhan tahun, namanya trend. Dalam
statistika telah diajari bagaimana cara menghilangkan ayunan musiman untuk
memperoleh gambaran ayunan jangka panjang, 8 - 10 tahun, dan bagaimana
menghilangkan ayunan jangka panjang untuk memperoleh gambaran trend. Sebenarnya
memperoleh gambaran trend itu mudah, tanpa ilmu statistika pun dapat kita buat.
Untuk mendapat gambaran ayunan
musiman, jangka panjang, dan trend ini harus diperoleh data "time
series" yaitu data statistik selama puluhan tahun mengenai Produk
Nasional, pengerjaan (employment), harga-harga, pengangguran, persediaan
barang-barang jadi, setengah jadi, dan dalam proses produksi, investasi,
penerimaan pajak, expor dan impor. Meskipun setiap siklus kegiatan ekonomi itu
tidak sama betul, tapi ada persamaan-persamaannya sedemikian rupa hingga dapat
ditarik berbagai kesimpulan sebagai pelajaran untuk masa yang akan datang.
Siklus naik turunnya kegiatan ekonomi ini sudah dapat dijinakkan tapi belum
dapat dikuasai benar, dan masih terdengar adanya resessi atau pengendoran
kegiatan ekonomi. Kita sering mendengar atau membaca bahwa krisis moneter di
dunia, pengendoran laju ekspor, dan penurunan harga barang ekspor Indonesia
disebabkan karena adanya resessi di Jepang, Eropa Barat, dan Amerika Serikat.
Dalam setiap ayunan kegiatan
ekonomi sebelum Perang Dunia II ada empat tahap kegiatan yang menciptakan
ayunan ini. Lihat kembali gambar 15. Kalau kita ambil satu siklus lengkap dari
setiap ayunan, maka siklus itu akan terlihat seperti pada gambar 16.
Kita mulai dari keadaan ekonomi
yang sedang ada pada puncak kegiatannya. Dalam keadaan seperti ini hampir semua
orang yang mau bekerja benar-benar bekerja; mesin-mesin dan pabrik-pabrik
terpakai penuh, penjualan berjalan cepat, keuntungan tinggi, pajak masuk ke kas
negara dengan lancar, investasi tinggi dan sebagainya. Keadaan kegiatan ini
dinamai puncak (peak) kegiatan ekonomi. Karena sesuatu sebab yang akan
diterangkan pada bagian teori, sedikit-sedikit atau tiba-tiba penjualan
mengendor. Mulailah peristiwa berantai terjadi berturut-turut. Persediaan
barang jadi, setengah jadi, dan bahan mentah mulai bertumpuk. Pengusaha mulai
mengendorkan proses produksinya. Pesanan bahan mentah mulai dikurangi,
buruh-buruh mulai dikeluarkan, terutama buruh lepas dan harian.
TEORI KONJUNGTUR
Apa sebabnya ayunan pendapatan
dan kegiatan ekonomi ini terjadi banyak sarjana yang berusaha menerangkannya.
Lahirlah berbagai teori konjungtur yang kadang-kadang terdengar ganjil. Mungkin
berbagai teori itu benar seluruhnya atau sebagian, mungkin pula tidak. Tidak
ada dua siklus yang sama benar dalam segala aspeknya, karena itu mungkin pula
suatu teori itu hanya benar atau berlaku pada satu siklus tapi tidak untuk
siklus lain. Sementara orang-orang masih sibuk menerangkan apa hakekat
konjungtur, ayunan kegiatan ekonomi itu sendiri sudah agak mereda. Sesudah
Perang Dunia II ayunannya sudah tidak sebuas dulu lagi; namun resessi kecil dan
pendek masih terjadi. Karena itu ada baiknya kita mengenalnya meskipun tidak
mendalam. Secara garis besarnya berbagai teori itu dapat digolongkan ke dalam
teori-teori extern dan intern.
Teori-teori extern mencari
sebab-sebab ayunan kegiatan ekonomi ini di luar sistem ekonomi. Keseluruhan
teori ini mengemukakan sebab-sebab konjungtur terletak pada noda matahari
(sunspots) atau astrologi, peperangan, revolusi, kegoncangan politik, penemuan
tambang emas, pertumbuhan penduduk, perpindahan penduduk, penemuan daerah baru
dan sumber baru, penemuan-penemuan ilmiah dan innovasi-innovasi. Dikatakan
bah-wa noda matahari akan mempengaruhi iklim dan panen, baik atau buruk yang
kemudian mempengaruhi produksi, perdagangan dan investasi. Banyak teori extern
ini yang dicampakkan orang karena tidak masuk akal.
Teori-teori intern mencari
sebab-sebab ayunan ini di dalam sistem ekonomi sendiri, dan menganggap bahwa
setiap ekspansi akan melahirkan resessi, dan tiap resessi akan melahirkan, dan
tiap resessi akan melahirkan kemakmuran.
Dalam menerangkan konjungtur para
ahli sangat memperhatikan ayunan investasi. Sebab ayunan ini mungkin terletak
di luar sistem ekonomi, yaitu misalnya dalam innovasi teknologi, penduduk, atau
gairah para pengusaha. Sebab dari luar ini akan menyusup ke dalam sistem
ekonomi, mulai bekerja dalam sistem ekonomi, menjadi sebab yang intern,
sekurang-kurangnya yang menjadikan peristiwa ayunan itu kumulatif. Harapan
pengusaha saja akan mengakibatkan mereka membuat order baru meskipun tidak ada
kenaikan permintaan. Jadi sebab yang extern dapat bercampur dengan sebab yang
intern untuk menciptakan siklus kegiatan ekonomi.
RELEVANSINYA UNTUK INDONESIA
Sesudah Perang Dunia II ayunan
kegiatan ekonomi ini sudah tidak seliar seperti sebelum saat itu. Para sarjana
sedikit banyak sudah memahami sifat hakekat ayunan. Dengan campur tangan
pemerintah lewat politik fiskal dan moneter ayunan ini dapat diijinkan. Namun
demikian ayunan kecil-kecilan masih terjadi dan pengaruhnya masih terasa dalam
ekspor dan hasil ekspor negara-negara berkembang.
Kalau kita perhatikan
perkembangan Pendapatan Nasional Indonesia semenjak kemerdekaan hingga
sekarang, ayunan ini tidak begitu kelihatan. Berarti di Indonesia ayunan itu
hampir tidak ada. Tapi seperti dikemukakan di muka volume dan hasil ekspor
Indonesia amat terpengaruh konjungtur di luar negeri. Penurunan harga karet 1/2
sen dollar saja dapat mengurangi penghasilan devisa jutaan dollar. Padahal
ekspor Indonesia di luar minyak bumi berupa bahan mentah bagi industri di luar
negeri. Stok bahan mentah amat peka terhadap perubahan permintaan.
Karena itu meskipun perekonomian
Indonesia tidak mengalami goncangan-goncangan karena sebab di dalam negeri
sarjana-sarjana Indonesia masih perlu mempelajarinya walaupun tidak mendalam.
Kita perlu menyadari apa akibatnya kalau terjadi ressessi atau perluasan di
luar negeri atas ekspor bahan mentah, pendapatan, pengerjaan, dan pengaruh
sampingan bagi petani, pedagang, dan pemerintah. Setiap perkembangan di negara
lain akan mempunyai pengaruh berantai ke berbagai kegiatan di dalam negeri
Indonesia. Untuk itu pemerintah dan masyarakat dapat bersiap-siap
menghadapinya. Seringkali sekarang ini eksportir tidak mengetahui apa sebabnya
permintaan atas sesuatu komoditi itu mengendor. Sebagai penghibur hati hanya
sekedar diterka saja misalnya karena pengaruh musim (winter, summer).
0 komentar:
Post a Comment