TEORI
EKONOMI
BUDGET KELUARGA UNTUK MENGOPTIMALKAN UTILITAS
Disusun oleh :
Putri Nadila Humairoh
25212777
SMAK - 06
JURUSAN AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS GUNADARMA
Uang merupakan suatu sumberdaya
dan sekaligus merupaka alat pengukur dari sumberdaya. Besarnya uang yang
dimiliki oleh seseorang atau keluarga menunjukkan bearapa banyak umberdaya yang
dimilikinya. Sumberdaya yang dimiliki suatu keluarga relative terbatas, oleh
karena harus digunakan secara optimal dengan melakukan pengelolaan yang baik
agar seluruh kebutuhan dapat terpenuhi dengan baik (Guharja et al. 1992).
Menurut Senduk (2000),
perencanaann keuangan (budgeting) merupakan suatu proses untuk mencapai
tujuan-tujuan keuangan baik jangaka pendek maupun jangka panjang dengan
merencanakan keuangan yang dimiliki. Untuk mencapai tujuan tersebut bias dilakukan dengan menabung ,
melakukan investasi, atau mengukur sumberdaya keuangan yang dimiliki saat ini.
Dalam kehidupan keluarga tekanan
ekonomi sangat mempengaruhi kondisi keuangan keluarga. Tekanan ekonomi keluarga
meliputi kesulitan ekonomi subjektif dan kesulitan ekonomi objektif keluarga.
Karakteristik kesulitan ekonomi keluarga objektif meliputi pendapatan per
kapita, rasio utang dengan asset, status pekerjaan, kehilangan pekerjaan. Hasil
penelitian menunjukkan terdapat hubungan negative antara tekanan ekonomi dengan
kualitas perkawinan , pengasuh anak, kecerdasan emosi, dan prestasi belajar
anak. Semakin tinggi tekanan ekonomi keluarga, semakin rendah kualitas
perkawinan, pengasuh anak, kecerdasan ekonomi anak, dan prestasi anak.
Dalam pembahasan ini akan dibahas
bagaimana cara melakukan budgeting secara efektik dan efisien namun menghasilkan
kepuasan yang optimal atau nilai guna. Nilai guna (utility) adalah
kepuasan atau kenikmatan yang diperoleh seseorang dari mengkonsumsi
barang-barang. Jika kepuasan itu makin tinggi, maka makin tinggi pula nilai
gunanya (utility-nya).
Dalam keadaan dimana harga-harga
berbagai macam barang adalah berbeda, syarat yang harus dipenuhi untuk
memberikan nilai guna yang maksimum adalah : setiap rumah yang dikeluarkan
untuk membeli unit tambahan berbagai jenis barang akan memberikan nilai guna marginal
yang sama besarnya.
Hipotesis :
Seseorang akan memaksimumkan
nilai guna dari barang-barang yang dikonsumsinya apabila perbandingan nilai
guna marginal berbagai barang tersebut adalah sama dengan perbandingan
harga-harga barang tersebut.
Seseorang akan memaksimumkan
nilai guna dari barang-barang yang dikonsumsinya apabila nilai guna marginal
untuk setiap rupiah yang dikeluarkan adalah sama untuk setiap barang yang
dikonsumsikan.
Surplus konsumen, yaitu kelebihan
atau perbedaan antara kepuasan total atau total utility (yang dinilai dengan
uang) yang dinikmati konsumen dari mengkonsumsikan sejumlah barang tertentu
dengan pengorbanan totalnya (yang dinilai dengan uang) untuk memperoleh atau
mengkonsumsikan jumlah barang tersebut.
Kesediaan Membayar (willingness
to pay)
Kesediaan Membayar adalah jumlah
maksimum yang mau dibayar oleh konsumen untuk memperoleh suatu barang.
Sedangkan surplus konsumen (consumer surplus) adalah selisih antara kesediaan
konsumen membayar dengan nilai yang sesungguhnya ia bayarkan.
Sebagai contoh, umpamakan saja
anda memiliki album rekaman pertama Elvis Presley yang sekarang sudah amat
langka. Karena anda bukan penggemar berat Elvis, maka anda berniat menjualnya.
Untuk memperoleh harga tertinggi, maka ia mengadakan lelang. Ada empat orang penggemar Elvis, mereka adalah John, Paul,
Ringo dan George. Mereka mau membeli namun dengan dibatasi oleh jumlah maksimum
yang mau mereka bayarkan untuk membelinya. Tabel 1 memperlihatkan harga
maksimum yang mau mereka bayarkan. Batas maksimal yang mau dibayarkan oleh
masing-masing pembeli itulah yang disebut dengan Kesediaan Membayar.
Setelah dilakukan tawar menawar,
maka album tersebut terjual pada John yang mau membayar $100, namun
kenyataannya ia hanya membayar $80 karena penawar yang lain tidak mau membayar
lebih dari $80. John memperoleh keuntungan ekstra sebesar $20, dan keuntungan
inilah yang disebut sebagai surplus konsumen. Sedangkan tiga penawar yang lain
tidak mendapat surplus konsumen karena mereka tidak mendapatkan album dan juga
tidak membayar apa-apa.
Apa yang Diukur oleh Surplus
Konsumen?
Tujuan mempelajari konsep surplus
konsumen ini adalah untuk membuat penilaian normatif tentang diinginkan atau
tidaknya hasil yang dibuahkan oleh mekanisme pasar. Surplus konsumen pada
dasarnya mengukur manfaat atau keuntungan yang diterima pembeli dari suatu
barang, berdasarkan penilaian konsumen itu sendiri. Kunci untuk tetap menyadari
pentingnya surplus konsumen adalah dengan menghormati preferensi (pilihan atau
kecenderungan perilaku) pembeli. Namun disebagian besar pasar kita dapat
menyimpulkan dengan aman bahwa surplus konsumen merupakan cerminan
kesejahteraan ekonomis para konsumen. Para konsumen biasanya mengasumsikan
bahwa para pembeli adalah para pembuat keputusan yang rasional sehingga
preferensi mereka harus dihormati.
SURPLUS PRODUSEN
Misalnya, ketika anda ingin
mengecat rumah anda, maka anda akan mencari tukang cat, anda mendapati empat
tukang yang bersedia yakni Mary, Louise,Georgia, dan Paman anda sendiri. Agar
mendapat harga termurah, maka anda mengadakan lelang.
Pada prinsipnya, keempat tukang
cat itu mau menjual jasanya asalkan harga yang mereka terima lebih besar
daripada biaya pengecatan. Di sini istilah Biaya (cost) adalah nilai segala
sesuatu yang harus dikorbankan penjual dalam memproduksi suatu barang. Di dalamnya
harus tercakup semua pengeluaran (untuk membeli cat, kuas, sewa tangga, dll),
serta nilai waktu yang mereka habiskan untuk mengecat rumah anda. Tabel berikut
menunjukkan biaya yang mereka ambil.
Lelang dimulai, karena keempat
tukang cat itu sama-sama menginginkan pekerjaan, mereka bersaing menurunkan
harga hingga batas minimal, yakni mendekati atau sama dengan kesediaan
menjualnya. Begitu Paman anda menawarkan ongkos hanya sebesar $600 atau sedikit
lebih rendah, maka ia pun langsung mengungguli tiga tukang cat lainnya karena
ia sendiri yang mau mengecat rumah anda dengan ongkos di bawah $600.
Keuntungan yang diterima paman
anda adalah, selain bisnisnya berjalan lancar, si paman mendapat keuntungan
tambahan dengan menerima bayaran sedikit dibawah $600, karena ia mampu
mengerjakannya dengan ongkos $500. dalam kasus ini paman anda dikatakan
memperoleh surplus produsen, yaitu jumlah pembayaran yang diterima penjual
dikurangi biaya yang dipikulnya.
EFISIENSI PASAR
Surplus konsumen dan surplus
produsen adalah perangkat dasar yang digunakan para ekonom untuk mengukur
kesejahteraan ekonomis para penjual dan pembeli di sebuah pasar.
Untuk mengevaluasi hasil-hasil
pasar, kita umpamakan seorang pejabat pemerintah yang serba bisa. Ia adalah
seorang diktaktor yang serba tahu, sangat berkuasa, dan juga memiliki niat baik
dalam mengatur perekonomian. Ia ingin memaksimalkan kesejahteraan ekonomi bagi
segenap warga masyarakatnya. Apakah ia akan membiarkan para penjual dan pembeli
berusaha sendiri mencapai kondisi ekuilibrium secara alamiah? Atau, haruskah ia
melakukan sesuatu untuk mempengaruhi pasar?
Jawabannya, si pejabat pertama-tama
harus mengetahui cara pengukuran kesejahteraan ekonomis bagi masyarakatnya.
Salah satu caranya adalah dengan menghitung surplus produsen dan surplus
konsumen yang disebut dengan surplus total (total surplus). Jika kita rumuskan,
maka total surplus adalah sebagai berikut :
Total surplus = surplus konsumen
+ surplus produsen(nilai barang bagi pembeli – jumlah yang dibayar pembeli) +
(jumlah yang diterima penjual – biaya produksi yang dikeluarkan)
Jumlah yang dibayarkan pembeli
sesungguhnya sama dengan jumlah yang diterima penjual, sehingga rumus total
surplus dapat disederhanakan menjadi :
Total surplus = nilai barang bagi pembeli – biaya produksi
Jika suatu alokasi sumber daya
dapat memaksimalkan surplus total, maka alokasi itu dikatakan mempunyai
efisiensi (efficiency). Selain efisiensi, pejabat pemerintah yang berkuasa itu
juga harus memperhatikan kesemarataan (equality), yakni aspek keadilan atau
pemerataan distribusi kesejahteraan diantara segenap pembeli dan penjual.
Sumber :
0 komentar:
Post a Comment